Peneliti menemukan, putus cinta bisa picu reaksi area otak terkait rasa sakit fisik. Artinya, putus cinta tak hanya menyakitkan secara emosional tapi juga secara fisik.
Peneliti Columbia University Edward Smith mengatakan, di masa manusia berevolusi, penolakan dari sebuah kelompak bisa membuat orang merasa rapuh.
"Mungkin hal ini menyebabkan adanya hubungan antara penolakan dan rasa sakit," ungkap Smith.
Smith dan rekan melakukan penelitian di Manhattan dengan memasang iklan online di Facebook, dan Craiglist guna mencari partisipan putus cinta yang dialami dalam kurun enam bulan terakhir. Sebanyak 40 orang menyatakan bersedia menjalani penelitian.
Partisipan kemudian dipindai otaknya menggunakan functional resonance imaging (fMRI) dan bergantian melihat foto teman dan mantan kekasih. Ketika melihat foto, partisipan diminta mengingat pengalaman yang pernah dialami bersama.
Peneliti menemukan, bagian otak terkait rasa sakit fisik bereaksi ketika partisipan mengingat pengalaman putus cinta yang buruk. "Penolakan memang menyakitkan," ujar Smith.
Tim ini pun mencari teknik untuk mengurangi derita emosional ini, termasuk metode terapis. Lebih lanjut, Smith menyarankan agar tidak mengkonsumsi aspirin ketika rasa sakit akibat putus cinta ‘menyerang’.
"Satu jam kemudian, Anda bisa jadi kembali memikirkan orang itu lagi," tuturnya.